DEPOK – Sebagai bentuk komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan edukasi publik, PT Tirta Asasta Depok (Perseroda) menggelar Seminar Edukasi Lingkungan dan Pajak Air Tanah bertajuk “Menjaga Lingkungan Bersama untuk Kota Depok Maju” di Margo Hotel Depok, Selasa (24/6)
Selain menjadi ruang dialog penting bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan air tanah dan pembangunan kota yang berkelanjutan, seminar ini juga menegaskan pengelolaan air tanah tidak bisa dilakukan secara parsial, namun butuh sinergi lintas sektor, baik pemerintah, pengusaha, masyarakat, dan penyedia layanan air untuk bersama-sama menjaga sumber daya ini demi masa depan Kota Depok yang lestari dan maju.
Dipandu oleh Banu Muhammad selaku moderator, seminar kali ini menghadirkan narasumber dari berbagai instansi strategis. Mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Harni Sulistyowati, Janner Rahmat Sudianto dari Balai Konservasi Air Tanah – Kementerian ESDM, Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Depok, Wahid Suryono, serta Christanto Nasution, Deputy GM Margo City Mall.
Seminar yang dibuka oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kota Depok, Fitriawan mewakili Walikota Depok, dalam sambutannya menekankan bahwa krisis kuantitas dan kualitas air tanah kini menjadi isu mendesak.
Disebut Fitriawan, saat ini lebih dari 80 persen warga Depok masih bergantung pada air tanah, sementara aksesnya semakin sulit. Jika tidak segera ditangani, air tanah dapat menjadi komoditas langka dalam waktu dekat. Asisten Ekbang Kota Depok ini juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya pelaku usaha untuk mulai beralih ke air perpipaan, dan meminta PT Tirta Asasta Depok agar melengkapi data penggunaan air masyarakat sebagai dasar pengambilan kebijakan yang akurat dan terukur.
Dipandu oleh Banu Muhammad sebagai moderator, dan menghadirkan narasumber dari berbagai instansi strategis. Harni Sulistyowati Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjelaskan dampak buruk eksploitasi air tanah berlebihan. Mulai dari penurunan muka tanah, pencemaran, intrusi air laut, hingga penipisan cadangan air tanah yang semakin mengancam kawasan perkotaan.
Sementara itu, dari Balai Konservasi Air Tanah – Kementerian ESDM, Janner Rahmat Sudianto, Penyelidik Bumi Muda, memaparkan kondisi Kota Depok yan berada dalam zona imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta yang sangat strategis. Dalam pemantauan tahunan, telah terdeteksi tren penurunan kualitas dan kuantitas air tanah di berbagai titik. Melalui Permen ESDM No. 14 Tahun 2024, kini pengambilan air tanah di zona imbuhan dibatasi maksimal 25 meter kubik per hari, dengan prinsip konservasi yang disebut zero delta Q.
Sementara Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Depok, Wahid Suryono dari sisi tata kelola dan perpajakan menyampaikan bahwa hingga Juni 2025, hanya 68 dari 153 titik sumur yang memiliki izin aktif. Tanpa izin, pajak air tanah (PAT) tidak dapat dipungut, dan ini menjadi kerugian daerah serta ancaman bagi keberlanjutan sumber daya air. Wahid mengingatkan bahwa pelaku usaha wajib segera mengurus izin sebelum batas waktu Maret 2026 sesuai Permen ESDM terbaru.
PT Tirta Asasta Depok sendiri melalui Direktur Operasional, Sudirman menegaskan pihaknya terus mengembangkan cakupan layanan air perpipaan yang saat ini masih 22,58 persen. PDAM juga mengedukasi masyarakat mengenai berbagai keuntungan menggunakan air perpipaan, seperti kualitas air yang telah memenuhi standar Permenkes No. 2 Tahun 2023, tidak memerlukan listrik tambahan untuk pompa, serta lebih aman dari pencemaran sumur.
Terakhir dari pihak pelanggan, dukungan datang dari dunia usaha. Christanto Nasution selaku Deputy GM Margo City Mall menyampaikan testimoni yang menguatkan pentingnya transisi menuju air perpipaan.
“Kami sebagai pelanggan dari PT Tirta Asasta Depok sangat puas dengan pelayanannya. Mewakili para pengusaha, kami sangat mendukung pengurangan penggunaan air tanah dan berharap suatu saat nanti bisa sepenuhnya beralih ke air perpipaan seperti yang sudah kami lakukan di Margo,” pungkasnya. (TOR)