DEPOK – Chairil Anwar adalah nama penting dalam sejarah kesusastraan di Indonesia. Dirinya adalah salah satu pelopor kesusastraan modern di Tanah Air. Hal inilah yang membuat sejumlah Penyair Depok merasa penting menggelar acara untuk memperingati Satu Abad Chairil Anwar di kawasan Cilodong Kota Depok pada Hari Sabtu 26 Maret 2022 dari pukul 15.00 hingga pukul 20.00 WIB.
Sejumlah penyair Depok yang karya-karya sastra nya sudah terbit diberbagai Antologi Penyair Depok dan maupun antologi nasional, serta karya-karya antologi tunggal, ikut memperingati 100 Tahun Kelahiran Penyair Chairil Anwar di tahun ini. Ada penyair Sihar Ramses Simatupang, Tora Kundera, Ahmad Suyudi, Rita Jassin, Tia Sulaiman, Santined, Ki Sung Sang, Eddy Pramduane, Julia Utami, Ismail Luthan, Purwanti, dan banyak lagi.
Selain para penyair, ada musisi yang ikut acara membaca dan memusikalisasi puisi. Dari musisi ada Aji San, Hendri Mubath, Shella Yuzka, Gustono, dan musisi lainnya. Tidak ketinggalan para pelajar Depok yang tergabung di Komunitas Sastra Depok (KSD) juga ikut tampil dalam acara ini diantaranya beberapa pelajar yaitu Sabda Zarathustra Oroh siswa SMAN 1 Kota Depok, Moksha Ragadewa siswa SMPN 2 Depok, Famela Ayombada, Cindy Arieska, dan Mutiara Azzahra siswi SMPN 7 Depok yang juga artis cilik yang sering muncul di serial Lenong Legenda di televisi.
Acara ini diselenggarakan oleh Klub Sastra Gong Merah Putih, dan didukung oleh Depok Journalist Club, Nuroji Center, dan Kafe Bonsai Sidamukti. Dalam acara ini, sejumlah penyair dan seluruh pengisi acara akan bersama-sama me-lauching #DepokButuhGedungKesenian
Tentang Chairil Anwar
Meski meninggal di usia muda, Chairil Anwar telah memberikan pengaruh besar dalam dunia sastra di Indonesia. “Chairil Anwar punya prinsip bukumu bukuku, rumahmu rumahku,” tutur penyair Subagio Sastrowardoyo saat mengenang Chiril Anwar.
Meski terkesan menjengkelkan, tapi sikap suka main ambil itu tidak lantas membuat teman-teman Chairil Anwar marah besar. Bahkan, buku-buku milik Subagio kerap diambil dan kadang dijual loak ke Pasar Senen oleh Chairil. Chairil Anwar memang penyair yang tidak bisa diatur hidupnya. Dia tidak menyukai hidup dengan kemapanan.
Kesempatan bekerja dengan Bung Hatta, wakil presiden RI pertama, membuatnya tidak kerasan lantaran bekerja rutin dari pukul 08.00 WIB sampai 14.00 WIB.
Kendati begitu, dari jiwa senimannya itu muncul beragam karya sastra yang menggaung hingga kini. Chairil juga dikenal lantang menentang pemerintahan penjajah Jepang kala itu melalui puisinya.
Akibat puisi “Siap Sedia”, Chairil didakwa dengan tuduhan menganjurkan pemberontakan pada Jepang. Kejadian itu berlangsung pada tahun 1943. Akibatnya, Chairil harus dibui selama tiga bulan dan gagal menjadi pembicara pada Forum Angkatan Muda di Kantor Pusat Kebudayaan.
Salah satu penggalan syairnya “Kawan, kawan. Mari mengayun pedang ke dunia terang” dinilai bermasalah karena “dunia terang” merujuk pada Jepang. Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 di Medan. Dia hanya mengenyam manis getirnya hidup selama hampir 27 tahun.
Pasalnya, ia berpulang pada 28 April 1949, akibat sakit TBC yang menggerogoti paru-parunya. Namun, nama Chairil sangat dikenang.
Penyair berjuluk “Binatang Jalang” ini menjadi pelopor Angkatan ’45 dan puisi modern di Indonesia. Jiwa senimannya sudah didapatkan sejak usia 15 tahun. Saat remaja tersebut, dia sudah bertekad menjadi penyair.
Sang ayah, Toeloes adalah inspirator karena Chairil menjadi terbiasa melahap buku setelah melihat kebiasaan ayahnya gemar membaca. ( Dikutip dari Tirto.id di link https://tirto.id/f9UX )
Sejumlah penyair Indonesia saat ini sedang mengusulkan kepada pemerintah agar Penyair Chairil Anwar dijadikan Pahlawan Nasional karena karya-karyanya punya peran besar tidak hanya dalam kesusastraan Indonesia, tapi juga dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia.(Tor)