Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) Menilai Peretasan Medsos dan Whatsaap Jurnalis Sangat Mengancam Kebebasan Pers

0
7

JAKARTA – Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) mengeluarkan Siaran Pers pada 26 September 2022 menyikapi serangan terhadap Jurnalis Narasi. KKJ menilai perbuatan tersebut adalah bentuk pembungkaman.

Dari tanggal 23 hingga 26 September 2022, terjadi percobaan peretasan akun media sosial terhadap setidaknya 22 anggota tim redaksi media online Narasi.

Peretasan tersebut pertama diketahui pada hari Sabtu, tanggal 24 September, saat nomor Whatsapp milik Akbar Wijaya, salah seorang produser Narasi menerima pesan singkat berisi sejumlah tautan. Setelah membaca pesan tersebut, Akbar kehilangan kendali atas akun Whatsappnya dan nomor teleponnya.

Peretasan seperti ini sayangnya bukanlah serangan digital pertama yang terjadi terhadap jurnalis. Pada Februari 2022, akun Whatsapp, Instagram, Facebook dan nomor handphone pribadi Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Sasmito Madrim diretas. Pada Oktober 2021, situs media online Project Multatuli terkena serangan distributed denial-of-service (DDoS) yang menyebabkan situsnya tidak dapat dibuka. Pada tahun 2020, situs Tirto, Tempo, dan Magdalene pun mengalami serangan serupa, sementara akun Twitter Konde.co sempat diretas. Sampai saat ini ditulis, pelaku serangan-serangan tersebut masih belum terungkap.

Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) menilai peretasan ini mengancam kebebasan pers yang dijamin kemerdekaannya oleh Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Serangan-serangan seperti ini, dan kegagalan aparat penegak hukum untuk menemukan pelaku maupun mencegahnya berulang, merupakan bentuk pembungkaman kebebasan pers.

Serangan-serangan ini selalu terjadi saat jurnalis atau media menunjukkan sikap kritis terhadap tindakan atau kebijakan pihak yang berkuasa. Jika terus dibiarkan, serangan seperti ini tentu saja akan membuat jurnalis ataupun media berpikir dua kali saat melaporkan berita yang kritis atau sensitif. Ini juga akan mengurangi akses masyarakat terhadap informasi yang penting dan meminta akuntabilitas terhadap pihak yang berkuasa.

Padahal hak atas kebebasan berpendapat dan menyampaikan informasi sudah dijamin dan dilindungi di berbagai instrumen hukum.(Tor)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini