Bandung, Jabarinteraktif.com – Gempa bumi terjadi pada hari Senin, tanggal 29 Agustus 2022, pukul 10:29 WIB. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di Samudera Hindia wilayah Kepulauan Mentawai pada koordinat 98,53° BT dan 0,99° LS, berjarak sekitar 160 km barat laut Tuapejat (ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat), dengan magnitudo M6,4 pada kedalaman 10 km. Menurut informasi dari The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 98,642° BT dan 1,008° LS dengan magnitudo M5,9 pada kedalaman 17,6 km. Berdasarkan data GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 98,66° BT dan 0,95° LS, dengan magnitudo M5,8 pada kedalaman 10 km. Sebelumnya, tercatat dua kejadian gempabumi di sekitar lokasi ini yaitu pada pukul 00:04 WIB dan 05:34 WIB masing-masing dengan magnitudo M5,2 dan M5,9 (BMKG).
Daerah terdekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Pulau Siberut bagian utara di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Morfologi daerah Pulau Siberut merupakan perbukitan bergelombang hingga terjal yang dikelilingi pedataran pantai. Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan sedimen berumur Tersier, serta endapan Kuarter berupa batuan karbonat dan endapan aluvial pantai, sungai dan rawa. Sebagian batuan berumur Tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi. Selain itu pada morfologi perbukitan terjal dan batuannya telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG, kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman dengan mekanisme sesar naik berarah barat laut – tenggara dengan sudut landai (low angle).
Hingga laporan ini dibuat belum diperoleh informasi adanya korban jiwa akibat kejadian gempa bumi ini, dilaporkan terjadi kerusakan ringan dan kepanikan masyarakat di Kepulauan Mentawai. Menurut informasi BMKG guncangan gempa bumi di daerah Siberut terasa dengan intensitas guncangan sebesar V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity), seta di Tuapejat dan Painan sebesar III-IV MMI, Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Solok dan Solok selatan sebesar II-III MMI. Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi. Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, namun tidak mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu kejadian tsunami. Menurut data Badan Geologi, wilayah pantai barat Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Provinsi Sumatra Barat tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 3 meter.
Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.
Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami
Bagi penduduk yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman
Bangunan di Kabupaten Kepulauan Mentawai harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan.
Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi
Oleh karena daerah pantai Kabupaten Kepulauan Mentawai tergolong rawan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi tsunami melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural
Kejadian gempa bumi ini diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi. Bahaya ikutan tersebut diperkirakan dalam dimensi kecil.
Reporter: Ronny